Sejak awal menjabat, Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah mengambil berbagai langkah agar dapat mengubah kebijakan imigrasi dan pencari suaka yang diwarisi dari pemerintahan sebelumnya. Kebijakan-kebijakan ini tidak hanya memiliki dampak langsung pada pencari suaka, tetapi juga membawa implikasi yang signifikan bagi keamanan domestik Amerika Serikat (Christi, 2023). Kebijakan Biden, yang berfokus pada pendekatan yang lebih manusiawi dan adil, menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara keamanan nasional dan hak asasi manusia.
Tulisan singkat “All Eyes on Rafah” atau semua mata mata tertuju pada Rafah menjadi tranding akhir-akhir ini. Tulisan ini merupakan bentuk kecaman terhadap aksi tidak manusiawi yang dilakukan Israel terhadap penduduk Palestina. Tren ini muncul setelah serangan mematikan yang dilancarkan Israel di daerah Rafah, Gaza di Palestina. Rafah adalah sebuah kota yang berada di Palestina dan merupakan perbatasan Jalur Gaza dan Mesir (Reditya, 2024).
Meninjau aspek historis dari diplomasi kemanusiaan, dimana istilah ini lahir dari sebuah tujuan untuk memberikan perhatian lebih kepada manusia, peran aktor non-negara yang mendominasi. Hal ini didasarkan dari asusmsi bagaimana Konvensi Jenewa dan sebuah lembaga bernama Palang Merah yang menjadi pelopor gerakan kemanusiaan ini yang akhirnya diadaptasi menjadi sebuah diskursus di Ilmu Hubungan Internasional. Peran tersebut berkembang menjadi penting dalam menangani krisis kemanusiaan yang terjadi akibat konflik ataupun bencana alam.
Forum kerja sama multilateral G20, bersama-sama menangani berbagai krisis di dunia yang berdampak global dengan merangkul negara-negara maju maupun berkembang. Anggota G20 antara lain terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, Indonesia, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Prancis, China, Turki, dan Uni Eropa (Qodri & Widyastutik, 2023).
Tindakan Turkiye menghentikan ekspor dengan Israel dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi Turkiye sendiri, mengingat Israel adalah mitra dagang penting bagi negara tersebut (Santosa, 2024). Selain itu, langkah ini dapat memperburuk hubungan Turkiye dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat yang merupakan sekutu Israel yang kuat.