All Eyes on Rafah, Dukungan Bagi Perdamaian Dunia dan Kemerdekaan Palestina

BY Hardi Alunaza SD
30 Mei 2024
All Eyes on Rafah, Dukungan Bagi Perdamaian Dunia dan Kemerdekaan Palestina

Tulisan singkat “All Eyes on Rafah” atau semua mata mata tertuju pada Rafah menjadi tranding akhir-akhir ini. Tulisan ini merupakan bentuk kecaman terhadap aksi tidak manusiawi yang dilakukan Israel terhadap penduduk Palestina. Tren ini muncul setelah serangan mematikan yang dilancarkan Israel di daerah Rafah, Gaza di Palestina. Rafah adalah sebuah kota yang berada di Palestina dan merupakan perbatasan Jalur Gaza dan Mesir (Reditya, 2024). Slogan All Eyes on Rafah menjadi tren sebagai bentuk dukungan para pengguna sosial media yang prihatin akan situasi yang saat ini terjadi di sana. Warga kota Gaza yang mengalami serangan akibat dari konflik memilih untuk mengungsi ke Selatan. Rafah adalah kota perlindungan terakhir bagi warga sipil di Palestina atas konflik yang kian memanas. 

Slogan All Eyes on Rafah merupakan dukungan bagi perdamaian dunia atas konflik yang berkepanjangan yang dialami oleh Palestina. Setelah banyaknya korban jiwa yang berjatuhan akibat serangan udara yang digencarkan oleh tentara Israel ke Rafah. Foto-foto dengan tagar #AllEyesonRafah memperlihatkan pengungsi Palestina yang selamat dari serangan udara Israel sedang mencari korban reruntuhan sisa kebakaran. Slogan yang hingga saat ini kian ramai di sosial media ini diketahui berasal dari omongan Rick Peeperkorn yang merupakan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia yang berkantor di teritori Palestina juga ikut mengencam aksi tidak manusia yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap warga sipil Palestina. Rafah diduga menjadi satu-satunya daerah yang masih menjadi kekuatan Hamas dan itulah alas an mengapa tentara Isreal menyerang daerah tersebut. 

Tren All Eyes on Rafah menjadi seruan bagi Masyarakat dunia untuk ikut andil mendukung perdamaian dunia dan kemerdekaan Palestina serta tidak acuh akan kejahatan genosida yang terjadi di Palestina. Seluruh dunia bisa membantu kemerdekaan Palestina dengan ikut berpartisipasi dalam menyebarkan berita mengenai kondisi yang sedang terjadi di Rafah dan memberikan dukungan bagi Masyarakat sipil di Palestina. Sesuai dengan tujuan bersama yang diakui dunia yakni perdamaian dunia didasarkan pada pemahaman bahwa keamanan, perdamaian, dan keberlanjutan saling berhubungan dan saling memperkuat satu sama lain. All Eyes on Rafah adalah bentuk dari dukungan guna mencegah konflik dan jatuhnya warga sipil sehingga diperlukan adanya pemahaman untuk dapat membantu dunia mengatasi akar penyebab ketegangan dan kekerasan. Secara singkat, All Eyes on Rafah ini menyebutkan bahwa multilateralisme juga akan goyah dan gagal ketika dunia bahwa organisasi besar seperti PBB tidak memiliki kendali. Oleh sebab itu, untuk menghentikan konflik yang terjadi, multilateralisme perlu diperkuat untuk mendorong terjadinya dialog dan kolaborasi semua negara di dunia guna mendorong perdamaian yang berkelanjutan. 

All Eyes on Rafah juga menjadi nilai universalitas yang seharusnya dapat didukung penuh oleh semua negara di dunia untuk mewujudkan global peace. Sebab universalitas merupakan landasan utama Piagam PBB untuk keamanan dunia yang lebih stabil (Rihardi dkk, 2022). Nilai universalitas ini seharusnya berfokus kepada penanganan risiko strategis dan perpecahan geopolitik global termasuk menghentikan genosida seperti yang terjadi saat ini di Rafah. Jika berkaca ke agenda perdamaian dunia tahun 2030, diperlukan ada usulan baru untuk agenda perdamaian. Seperti bagaimana seharusnya semua negara bekerja sama untuk menghentikan peperangan, menghindari perpecahan geopolitik yang dipandang sejalan dengan Piagam PBB, Hukum Internasional, dan nilai-nilai hak asasi manusia (Eliza dkk, 2014). 

Perlu dikaji ulang prinsip pengakuan kemerdekaan negara yang sudah diakui secara aklamasi namun terhenti hanya karena adanya penggunaan hak veto oleh Dewan Keamanan PBB. Misalnya dari tiga negara Eropa yang mendukung Palestina hingga Mei 2024 tercatat ada Irlandia, Norwegia, dan Spanyol. Padahal Norwegia dan Spanyol adalah negara sekutu Amerika Serikat (Ibrahim, 2024). Bahkan berdasarkan data PBB, setelah rinci terdapat 140 negara yang telah mengakui kemerdekaan Palestina dari total 193 negara. Keberadaan 140 negara tersebut tidak dianggap hanya karena Amerika Serikat menggunakan hak vetonya dan mencegah  PBB untuk mengakui kemerdekaan Palestina dan menolak keanggotaan penuh Palestina di PBB. Jika hanya selalu berpegang pada hasil veto yang diberikan oleh Dewan Keamanan PBB, akan sangat sulit mewujudkan perdamaian dunia dan mewujudkan kemerdekaan Palestina. Sebab, selama AS sebagai Dewa Keamanan PBB masih terus menggunakan hak vetonya, isu genosida dan konflik Israel Palestina tidak akan pernah berakhir (Devano, 2024). 

Walaupun seluruh dunia sudah melakukan aksi dan mengepung Gedung Putih sebagai tuntutan kebebesan dan kemerdekaan Palestina, kemerdekaan ini akan sulit terwujud selama AS masih terus menjadi donatur Israel untuk menyerang Palestina. Selama AS masih menggunakan hak vetonya di DK PBB dan menghambat kebebasan Palestina, agenda perdamaian baru 2030 yang dicanangkan bersama tidak akan pernah menjadi kenyataan. Alasan AS tetap mendukung Israel adalah karena AS melihat Israel sebagai alat pencapaian kepentingan untuk menahan pengaruh Uni Soviet di Timur Tengah. AS melihat stabilitas dan kekayaan sumber daya di Timur Tengah menjadi kepentingan utama bagi AS. Presiden Joe Biden bahkan mengusulkan bantuan sebesar US$14 miliar atau sekitar Rp222 triliun untuk Israel, menyediakan senjata seperti rudal hingga kendaraan lapis baja.

Selain perlu terus mendukung Palestina di media sosial, penduduk dunia juga perlu memastikan bahwa mereka tidak menggunakan produk yang masuk dalam daftar boikot. Sebab, jika penduduk dunia menggunakan produk boikot, maka artinya mereka dengan sengaja mendukung Israel yakni dengan mendukung pendanaan untuk Israel dalam menyerang Palestina (Muhammadin, 2023). Adapun daftar produk boikit antara lain AxE, Clear, Closeup, Dove, Lifeboy, Pepsodent, Rexona, Buavita, Lipton, Sariwangi, Sunlight, Sunsilk, Wipol, Burger King, KFC, McDonald’s,Nescafe, Milo, Nestle, Gold, Corn Flakes, Coca Cola, Sprite, Fanta, Minute Maid,     Kitkat, Cadbury, Pringles, Oreo, Dunkin, L’Oreal, Maggi, Royco, Walls, Pampers, Nutriboost, Mizone, Puma, Lays, Cheetos, Starbucks, Dancow, Bear Brand, Vaseline, Aqua, Ades, Koko Crunch, Cerelac, Molto, Zwitsal, dan Royco.  


Daftar Rujukan

Reditya, Tito Hilmawan. 2024. Gambar All Eyes on Rafah Dibagikan Lebih dari 40 Juta Kali di Instagram, diakses dari https://www.kompas.com/global/read/2024/05/30/192000570/gambar-ai-all-eyes-on-rafah-dibagikan-lebih-dari-40-juta-kali-di

Rihardi, Satrio Ageng dkk. (2022). Laut China Selatan: Menakar Peran Indonesia dalam Dewan Keamanan United Nation. Jurnal Progresif Vol 16 (2), 219-233.

Eliza, Emi dkk. (2014). Interventi Kemanusiaan Menurut Hukum Internasional dan Implementasinya dalam Konflik Bersenjata. Jurnal Fiat Justisia Vol 8 (4), 629-641. 

Devano, M.H. & Astuti, Mirsa. (2024). Hak Veto Sebagai Penghambat Penegakkan Hukum Internasional Pada Penyerangan Rumah Sakit Palesina. Jurnal Yustitiabelen Vol 10 (1), 62-86.

Ibrahim, Gibran Maulana. (2024). Irlandia-Spanyol-Norwegia Akui Palestina, RI Dorong Negara Lain Menyusul, diakses dari https://news.detik.com/berita/d-7361964/irlandia-spanyol-norwegia-akui-palestina-ri-dorong-negara-lain-menyusul

Muhammadin, dkk. (2023). Genosida Gaza 2023: Memahami Realitas dan Mengambil Sikap. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.