3 Ciri dan Tipe Unit Teori Sistem Dunia Immanuel Wallerstein

BY Syelda Titania Putri Sukarno
19 Januari 2022
3 Ciri dan Tipe Unit Teori Sistem Dunia Immanuel Wallerstein
Ciri dan Tipe Unit Teori Sistem Dunia Immanuel Wallerstein

Pemikiran Immanuel Wallerstein mengenai apa yang disebut dengan Teori Sistem Dunia menjadi sangat populer di kalangan para akademisi politik, khususnya hubungan internasional.Kehidupannya ketika Ia tinggal di Paris dipengaruhi oleh sejarawan yang bernama Annelis yang mempengaruhi Wallerstein dalam metodologi sistem dunia serta gagasan mengenai politik radikal yang terpengaruh dengan pemikiran Marxisme. Hal tersebut kemudian membawa Wallerstein dalam analisis mengenai teori sistem dunia.

Teori sistem dunia menjadi sangat populer karena dinilai menjadi penengah dari perdebatan beberapa teori mengenai pembangunan, yaitu teori dependensi dan teori modernis. Teori sistem dunia ini telah menggambarkan fakta bahwa di era kontemporer ini sistem kapitalisme yang menjadi penguasa sistem dunia. Tidak satu pun negara di dunia yang mampu menolak sistem kapitalisme. 

Teori Wallerstein mengenai sistem dunia ini telah memberikan optimisme baru bagi negara-negara berkembang (pinggiran) untuk terus meningkatkan kekuatan negaranya baik itu secara ekonomi, militer, budaya, dan lainnya melalui strategi tertentu. Keberhasilan dari teori ini telah dibuktikan dengan sukses di negara-negara Asia Timur seperti China, Korea Selatan, Hong Kong, dan Taiwan. Negara-negara yang memang mampu meningkatkan kekuatan ekonominya sehingga bisa menjadi negara-negara industri yang besar dan maju.

Teori sistem dunia muncul sebagai koreksi terhadap dua sistem pembangunan yang sudah sejak lama mengalami perdebatan yang sangat panjang mengenai hubungan ekonomi negara maju (pusat) dan negara berkembang (pinggiran). Fokus analisis dari teori sistem dunia ini mengacu kepada tata ekonomi kapitalis dunia. Teori sistem dunia lebih menempatkan analisisnya pada sistem dunia, bukan negara, bangsa, atau masyarakat. Dalam hal ini, teori sistem dunia menekankan hubungan relasi antar negara. Teori sistem dunia juga tidak melihat kelas dan status sebagai bentuk pengelompokan terhadap suatu negara, tetapi memandangnya sebagai bentuk sistem ekonomi dunia.

Sistem dunia sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Wallerstein mempunyai tiga ciri utama, yaitu:

  1. Tingkat otonomi yang tinggi , yaitu bahwa sistem tersebut berdiri sendiri dalam arti menjadi sistem dunia, karena eksistensinya tidak tergantung pada hal-hal di luar sistem tersebut.
  2. Pembagian kerja yang luas, di dalamnya terdapat tingkat spesialisasi ekonomi yang tinggi yang berperan dalam sistem tersebut.
  3. Keragaman budaya atau adanya berbagai kelompok yang berbeda tradisi, berbicara dengan bahasa yang berbeda.

Wallerstein mengidentifikasikan dua tipe dasar sistem dunia yakni kekaisaran dunia (World Empire) dan ekonomi dunia (World Economy). Kekaisaran dunia ialah sistem dunia yang secara politis dipusatkan dan disatukan, setiap kelompok dalam kerajaan menjadi bawahan pusat politik, contohnya Kekaisaran Romawi Kuno. Sedangkan ekonomi dunia ialah sistem dunia yang tidak menerapkan sentralisasi dan penyatuan politik, karena itu ekonomi dunia tidak hanya terdiri dari keragaman budaya tetapi juga keragaman unit-unit politik. Dalam dunia modern, hanya ada satu ekonomi dunia yaitu ekonomi dunia kapitalis yang telah muncul sejak abad XVI hingga sekarang.

Wallerstein kemudian mengidentifikasikan tiga tipe unit dasar ekonomi yang membentuk ekonomi dunia, yaitu:

1. Pusat (Core)

terdiri dari wilayah-wilayah dan negara-negara yang mendominasi ekonomi dunia kapitalis dan mengambil sejumlah besar surplus yang telah dihasilkan. Masyarakat di negara pusat merupakan masyarakat yang maju dan berkembang ekonominya, mempunyai tingkat kemajuan ekonomi yang sangat tinggi, dan mempunyai pemerintahan dan sistem militer yang sangat kuat. Di negara pusat juga para tenaga kerja upahan yang dominan. Kerja dilakukan oleh para karyawan dan ditawarkan kepada atasan di bursa tenaga kerja. Menurut Wallerstein, kapitalis yang paling makmur di dunia terletak di pusat, dengan mendirikan perusahaan.

2. Semi Pinggiran (Semi Periphery)

merupakan bagian ekonomi dunia yang beroperasi di antara wilayah pusat dan pinggiran. Wallerstein berpendapat bahwa wilayah semi pinggiran ini sebagai pengeksploitasi sekaligus yang dieksploitasi, yaitu sebagai pengeksploitasi wilayah pinggiran tetapi ia juga dieksploitasi oleh wilayah pusat. Teknologi dan masyarakat semi pinggiran lebih maju daripada di wilayah pinggiran. Wilayah semi pinggiran memiliki pemerintahan dan unit-unit militer yang lebih kuat daripada wilayah pinggiran, tetapi lebih lemah dibandingkan dengan wilayah pusat.

3. Pinggiran (Periphery)

merupakan segmen ekonomi dunia yang diarahkan secara ekstensif oleh pusat untuk pengambilan surplus. Ada hubungan ekonomi yang cukup erat antara wilayah pinggiran dengan wilayah pusat. Hubungan tersebut merupakan dominasi pusat terhadap wilayah pinggiran. Hubungan tersebut akhirnya menimbulkan ketergantungan ekonomi wilayah pinggiran kepada wilayah pusat. Masyarakat dan wilayah pinggiran memiliki pertumbuhan ekonomi yang lambat, kemajuan teknologi juga sangat rendah, serta pemerintahan dan unit-unit militer yang lemah.

Dalam bukunya Wallerstein yang berjudul The Modern World System, ia menjelaskan cara kerja sistem dunia, dimana negara-negara kuat sebagai negara pusat, yaitu mereka yang secara militer relatif kuat daripada negara lain dan juga tidak tergantung pada salah satu kelompok dalam negara, menyerap kerugian ekonomi, dan membantu untuk mempertahankan daerah pinggiran. Sedangkan wilayah semi pinggiran merupakan wilayah yang diperlukan dalam sistem dunia karena wilayah tersebut dapat membelokkan tekanan politik kepada negara pusat terutama dari negara-negara yang terletak di pinggiran, sehingga dapat mencegah oposisi bersatu.

Sistem dunia juga memberikan kesempatan kepada negara-negara untuk bisa mengalami “naik turun kelas”. Misalnya, dari negara pusat menjadi negara semi pinggiran dan kemudian menjadi negara pinggiran atau sebaliknya dari negara pinggiran menjadi negara semi pinggiran dan kemudian menjadi negara pusat. Naik dan turunnya kelas tersebut ditentukan oleh dinamika sistem dunia. Pada suatu saat Inggris, Belanda, dan Prancis adalah negara-negara pusat yang berperan dominan dalam sistem dunia.

Tetapi kemudian, Amerika muncul dan menjadi negara terkuat setelah negara-negara Eropa hancur dalam Perang Dunia II. Bangun dan jatuhnya kekuatan negara-negara tersebut oleh Wallerstein dijelaskan melalui sebuah analisis sejarah dari dinamika sistem dunia. Di samping itu, teori sistem dunia juga dapat digunakan untuk menjelaskan naiknya negara-negara industri baru seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura dari posisinya sebagai negara pinggiran menjadi negara semi pinggiran.