Japan’s Security Alliance Dilemma, Writer of the Article: Koji Sonoda

BY Syelda Titania Putri Sukarno
20 Januari 2022
Japan’s Security Alliance Dilemma, Writer of the Article: Koji Sonoda
Japan’s Security Alliance Dilemma, Writer of the Article: Koji Sonoda

Ringkasan: Gambaran keamanan di kawasan Asia Timur kontemporer masih mengalami ketegangan dikarenakan beberapa konflik yang terjadi, seperti konflik teritorial. Dilema aliansi keamanan di Jepang terjadi berawal pada 9 Maret melalui telepon, Presiden Trump mengabarkan kepada Shinzo Abe mengenai akan diadakannya pertemuan antara Trump dengan Kim Jong Un.

Hal tersebut membuat Abe terkejut dikarenakan selama ini Amerika dan Jepang telah menjaga solidaritas sekuat mungkin dengan mempertahankan tekanan maksimum pada Korea Utara. Gambaran situasi tersebut menyebabkan Jepang waspada terhadap adanya negosiasi tentang denuklirisasi yang terus berlanjut, karena pihak Semenanjung Korea mungkin akan memperkecil peranan dan pandangan terhadap Jepang. 

Sebenarnya Jepang telah mengalami dilema keamanan sejak berakhirnya Perang Dunia II. Namun, dilema tersebut sempat surut dikarenakan aliansinya dengan Amerika yang terus terjalin. Namun, tiba-tiba ketegangan itu memuncak kembali ketika Korea Utara mengeluarkan kebijakan denuklirisasi yang mengincar bahaya teritorial Jepang.

Di sisi lain, Amerika juga secara gamblang memberikan penjelasannya bahwa akan segera mengadakan pertemuan dengan pemimpin Korea Utara untuk membahas tentang negosiasi nuklir. Namun, Abe sangat terkejut mendengar hal tersebut, selama ini Jepang telah mempertahankan kebijakan memprioritaskan tekanan maksimum pada Korea Utara. Latar belakang perilaku Jepang tersebut berasal dari faktor geopolitik dan kepemimpinan Abe. 

Jepang memang telah menghadapi ancaman keamanan karena Korea Utara selama beberapa tahun terakhir mengeluarkan kebijakan denuklirisasi yang membahayakan. Hal tersebut disebabkan karena rudal balistik Pyongyang telah mencapai kemampuan untuk menghancurkan kepulauan Jepang. Kemudian kepemimpinan Shinzo Abe sangat berpengaruh terhadap kebijakan diplomatik Jepang. Kebijakan Abe memiliki karakter yang menggambarkan bahwa Jepang mengambil tindakan keras atas kebijakan nuklir Korea Utara.           

Apalagi dengan adanya penculikan warga Jepang oleh Korea Utara dari tahun 1970-1980an. Abe mengambil tindakan keras atas hal itu dan menganggapnya sebagai ancaman bagi keamanan Jepang. Melihat kejadian tersebut Abe lantas tidak ingin menyelesaikan semuanya dengan dialog tetapi melalui tekanan kepada Korea Utara. Selain itu, kebijakan Abe mengenai krisis Korea Utara yang pernah terjadi. Abe menyatakan bahwa untuk menyelesaikan krisis tersebut maka pentingnya aliansi Amerika dengan Jepang. Oleh karena itu hubungan pertahanan antara Amerika dengan Jepang di bawah Abe semakin menguat. 

Dalam sumber pendukung pertama yang saya temukan dengan judul “Analisis Teori Offense-Defense Terhadap Reformasi Kebijakan Pertahanan Jepang Dalam Dinamika Keamanan di Asia Timur” menjelaskan bahwa latar belakang historis hubungan Jepang dengan Korea Utara dahulu memang kurang baik. Hal tersebut dikarenakan faktor kolonialisme Jepang di Semenanjung Korea. Hubungan itu terus mengalami kemunduran karena Korea Utara memberlakukan kebijakan nuklirnya yang mengakibatkan ketegangan. Memang sejak Kim Jong Un menjadi Presiden, Korea Utara menjadi sering disorot oleh dunia karena kebijakan-kebijakan pengembangan nuklirnya yang tiada henti. Hal itu tentu mengancam stabilitas keamanan Jepang karena Korea Utara dalam beberapa kali telah melakukan uji coba rudal balistiknya. 

Dalam sumber pendukung lainnya, tulisan dengan judul “Kebijakan Keamanan Jepang Terhadap Proliferasi Nuklir Korea Utara Pasca Keluarnya Korea Utara dari Rezim Non-Proliferasi Nuklir (2003-2011)” menjelaskan bahwa Jepang memang banyak mengadopsi kebijakan tentang pencegahan nuklir sebagai respons dari ketegangan kawasan yang ia hadapi. Kebijakan-kebijakan tersebut seperti Atomic Energic Basic Law secara eksklusif mengatur penggunaan energi atom untuk tujuan kesejahteraan dan perdamaian.

Di dunia internasional, komitmen tersebut diwujudkan dengan bergabung menjadi anggota NPT (Treaty on The Non-Proliferation of Nuclear Weapons) dan melibatkan protokol tambahan IAEA (International Atomic Energy Agency) Safeguards Agreement. Pada Oktober, Tokyo Metropolitan Police Agency yang bekerja sama dengan Prefectural Police Agency melakukan inspeksi penyitaan dan pencairan terhadap entitas yang berhubungan dengan Chosen Soren (Asosiasi Umum Warga Korea di Jepang). Hal tersebut mereka lakukan sebagai bentuk respons terhadap ketegangan kawasan akibat kebijakan nuklir Korea Utara. 

Dalam artikel ketiga ini juga dijelaskan aliansi Amerika dengan Jepang juga memiliki faktor negatif yaitu, rasa khawatir Jepang akan ditinggalkan Amerika dikarenakan negosiasi yang terjadi antara Amerika dengan Korea Utara dan ketakutan Jepang jika terjebak dalam perang nuklir. Kedua faktor negatif tersebut dapat merugikan Jepang oleh karenanya Jepang mengalami dilema aliansi keamanan. 

Kekurangan dari artikel ketiga ini adalah penjelasannya terlalu spesifik dan kurang lengkap informasinya sehingga pembaca harus mencari tambahan sumber baru untuk memahaminya. Namun, kelebihannya adalah topiknya menarik mengenai hubungan baik Amerika dengan Jepang sebagai aliansi namun, tiba-tiba saja hubungan tersebut menjadi berubah ketika akan diadakannya pertemuan Amerika dengan Korea Utara, hal tersebut menjadi menarik untuk dibaca.