Konflik Sumber Daya dan Dampaknya pada Hubungan Ekonomi Sudan-Ethiopia

BY Fany Anggun Abadi
13 Oktober 2024
Konflik Sumber Daya dan Dampaknya pada Hubungan Ekonomi Sudan-Ethiopia

Konflik ekonomi antara Ethiopia dan Sudan berakar pada sejumlah masalah geopolitik dan sumber daya alam, terutama terkait air dan wilayah perbatasan. Beberapa faktor utama memengaruhi ketegangan ekonomi antara kedua negara. Konflik ekonomi ini tidak secara langsung dikategorikan sebagai konflik tradisional antarnegara. Namun, konflik internal di Ethiopia, terutama di wilayah Tigray, telah menciptakan tekanan eksternal yang signifikan bagi Sudan.

Salah satu sumber utama konflik adalah proyek Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) di Sungai Nil Biru. Ethiopia mulai membangun bendungan ini untuk meningkatkan pasokan listrik dan mendorong pembangunan ekonomi. Namun, Sudan (bersama dengan Mesir) khawatir proyek ini akan mengurangi aliran air Sungai Nil yang sangat penting bagi sektor pertanian dan ekonomi mereka (climate-diplomacy, 2024). Sudan memiliki posisi yang ambigu terkait proyek ini; di satu sisi, Sudan mengakui bahwa bendungan tersebut dapat memberikan manfaat seperti pengendalian banjir dan stabilitas aliran air untuk irigasi. Namun, Sudan juga khawatir tentang bagaimana operasionalisasi bendungan itu dapat memengaruhi ketersediaan air di masa depan.

Selain isu bendungan, sengketa perbatasan yang belum terselesaikan di wilayah Al-Fashaga turut memanaskan hubungan ekonomi antara Ethiopia dan Sudan. Daerah ini adalah tanah yang subur dan kaya akan sumber daya, serta sangat penting bagi ekonomi agraris kedua negara. Ethiopia mengklaim sebagian besar wilayah ini, sementara Sudan menganggapnya sebagai bagian dari wilayahnya berdasarkan perjanjian lama dari zaman kolonial (internasional.republika, 2020). Ketegangan terkait wilayah ini kerap menyebabkan bentrokan antara petani dan militer dari kedua negara, yang mengganggu perdagangan lintas batas dan kerja sama ekonomi.

Selain faktor bilateral, keterlibatan pihak ketiga seperti Mesir juga memengaruhi konflik ekonomi antara Ethiopia dan Sudan, khususnya terkait proyek bendungan. Mesir, yang sangat tergantung pada aliran air Nil, memberikan tekanan diplomatik terhadap Ethiopia dan berupaya memengaruhi Sudan untuk berpihak padanya dalam masalah ini (carnegieendowment, 2021).

Keterlibatan Mesir dalam konflik ini menambah lapisan kompleksitas pada hubungan ekonomi antara Ethiopia dan Sudan. Sementara Mesir berusaha melindungi kepentingan airnya, Sudan harus menavigasi antara kepentingan nasionalnya sendiri dan tekanan dari kedua tetangganya. Upaya untuk mencapai kesepakatan damai akan sangat penting bagi stabilitas ekonomi dan sosial di kawasan ini.

Kesimpulan

Konflik ekonomi antara Ethiopia dan Sudan terutama dipicu oleh sengketa sumber daya alam dan perbatasan. Isu utama adalah proyek Bendungan Renaissance Ethiopia (GERD) yang memengaruhi aliran air Sungai Nil, serta sengketa perbatasan di wilayah Al-Fashaga yang kaya akan lahan subur. Kedua masalah ini menyebabkan ketegangan ekonomi, menghambat kerja sama perdagangan, dan memperburuk hubungan politik antara kedua negara. Pengaruh pihak ketiga seperti Mesir juga berperan dalam memperuncing konflik. Tanpa penyelesaian diplomatik yang adil, konflik ini berpotensi terus mengganggu stabilitas ekonomi dan regional.

Daftar Rujukan:

Carnegie Endowment. (2021). The Dam That Broke Open an Ethiopia-Egypt Dispute. Diakses pada 12 Oktober 2024, dari https://carnegieendowment.org/research/2021/04/the-dam-that-broke-open-an-ethiopia-egypt-dispute?center=middle-east&lang=en

Climate Diplomacy. (2024). The Politics of the Grand Ethiopian Renaissance Dam. Diakses pada 12 Oktober 2024, dari https://climate-diplomacy.org/magazine/conflict/politics-grand-ethiopian-renaissance-dam

Internasional Republika. (2020). Konflik Ethiopia Ciptakan Kesulitan bagi Sudan. Diakses pada 12 Oktober 2024, dari https://internasional.republika.co.id/berita/qkcsz3382/konflik-ethiopia-ciptakan-kesulitan-bagi-sudan